News

Kaki Langit, Rumah Pengetahuan Kita

Kamis, 27 Desember 2018

AcehTrend.com–“Aceh adalah laboratorium tsunami dan konflik”, begitu sering kita mendengar sebutan orang-orang, bahkan kita sendiri selain menyebut Aceh sebagai Serambi Mekah. Kalimat ini sering diucapkan dalam berbagai seminar, diskusi terfokus bahkan menghiasi surat kabar hampir sepuluh tahun terakhir ini. Gaungnya bahkan ke mancanegara.

Banyak peneliti, akademisi, pembuat kebijakan bahkan artis hingga anak sekolah yang datang ke Aceh untuk belajar bagaimana orang Aceh bisa bangkit setelah gelombang dahsyat dan gempa dahsyat yang meluluhlantakkan bumi Seulanga ini. Juga belajar setangguh apa orang Aceh hingga mampu bertahan dan berjuang hidup meskipun konflik memporak-porandakan propinsi paling ujung Sumatra ini 30 tahun lamanya dengan berbagai operasi militer yang merenggut ribuan korban jiwa dan korban penghilangan paksa yang tidak jelas rimba ataupun pusara.

Terjemahan kalimat di atas ada dalam berbagai versi yang bergulir dengan beragam topik dan cara. Kami di Katahati Institute juga mempunyai terjemahan sendiri dengan melahirkan #kakilangit-rumah pengetahuan masyarakat sipil Aceh.

Kami sadar bahwa pengetahuan ini terus saja bergulir, diceritakan berulang kali dalam berbagai forum namun belum tersaji dengan apik dengan apa yang disebut dokumentasi berbagai bentuk dan rupa.

#kakilangit merupakan inisiatif yang dikembangkan oleh Katahati Institute sebagai sebuah wadah pengelolaan pengetahuan masyarakat sipil Aceh. Berbagai praktik baik yang telah dihasilkan akan dikelola dengan pendekatan berbasis kekuatan.

Rangkaian diskusi terfokus, serial seminar, program pertukaran pengetahuan hingga peer learning merupakan metode belajar yang dikembangkan dalam lingkar belajar, termasuk menyelenggarakan promosi tokoh inspirasi Aceh untuk dunia.

#kakilangit terbuka bagi berbagai pihak yang ingin mempelajari, memperkuat hingga mempromosikan berbagai praktis yang ada.

Sejak diluncurkan empat tahun lalu tepatnya pada tanggal 20 Desember 2014 dengan dukungan Ford Foundation, #kakilangit telah melakukan berbagai rangkaian kegiatan. Kegiatan pertama adalah menuliskan Buku Inisiatif Masyarakat Sipil Aceh-Berbagi untuk perubahan yang berisikan lima best practice masyarakat sipil Aceh; Inisiasi Komisi Informasi Aceh, Acehkita.com: Menggugat konflik, menabur damai, Duek Pakat Inoeng Aceh, Peradilan adat: menjaga hukum warisan indatu dan Gerakan pembebasan tapol/napol Aceh.

Kemudian seiring waktu #kakilangit terus melakukan serangkaian kegiatan mewarnai langit pengetahuan Aceh. Pada tahun yang sama saat berdirinya, #kakilangit menjadi penggagas adanya stand khusus masyarakat sipil di acara peringatan tsunami dengan mempromosikan sejumlah pengetahuan masyarakat sipil berupa buku, flyer, brosur, foto dan laporan kegiatan masyarakat sipil dalam proses rehab-rekon Aceh.

Berbagai pertemuan baik lokal, nasional maupun internsional telah menjadi ruang berbagi pengetahuan berbasis best practise ini dengan slogan passion share care ini. Begitupun dokumen pembelajaran dengan beragam isu telah mendorong kebijakan seperti pembelajaran dari Panglima Laot Aceh tentang Penanggulangan nelayan terdampar.

Berbagi pengetahuan tentang perempuan dan perdamaian merupakan capaian lainnya bagi #kakilangit. Presentasi bagaimana perempuan Aceh bisa berjuang melewati konflik berkepanjangan hingga damai dapat diraih telah menjadi salah satu topik pada perhelatan pertemuan tahunan perempuan dunia di Commission on Status of Women (CSW) 61 yang berlangsung pada Maret 2017.

Di tahun yang sama pada November 2017 #kakilangit hadir di Quezon City, Philipine sebagai bagian dari kegiatan berbagai pengetahuan bagaimana perempuan berjuang dan hidup di lingkaran tambang yang merusak lingkungan. Pertemuan ini merupakan rangkaian pertemuan negara-negara ASEAN dalam menyikapi maraknya kasus pertambangan yang sangat merugikan rakyat dan perempuan secara khusus.

#kakilangit bukan hanya menghadiri pertemuan lintas batas dan negara untuk berbagi pengetahuan namun juga menghadirkan langsung para pihak yang ingin belajar bagaiman Aceh berjuang dan kemudian berdamai dengan menghadirkan para mantan kombatan perempuan dari enam negara untuk saling bercerita dan berbagi pengalaman betapa tangguhnya perempuan pejuang dan kemudian kembali berjuang mendapatkan hak-haknya setelah damai dengan Workshop Female Leadership Post-War yang berlangsung pada Februari 2018 yang dihadiri oleh kombatan perempuan dari PLA (Nepal), MILF (Mindanao), CNF (Myanmar), MNLF (Mindanao) dan Inoeng Balee (GAM, Aceh).

Terakhir pada September 2018 lalu, #kakilangit memfasilitasi kunjungan King Pradjadipok Institute Thailand dalam rangkaian kunjungan belajar bagaimana Aceh ditata pasca perjanjian damai antara GAM dan Pemerintah Indonesia. Pertemuan ini dihadiri oleh berbagai unsur seperti perwakilan pemerintahan, kelompok bisnis, mahasiswa, perbankan, militer, kepolisian hingga artis.

Selamat ulangtahun #kakilangit yang ke empat, semoga terus berjaya membangun ruang belajar bagi semua.

Oleh : Raihal Fajri*
*)Direktur Eksekutif Katahati Institute.

TAGs: