Pendekatan berbasis kekuatan menjadi teknik ekplorasi berbagai praktik dan pembelajaran yang telah dilakukan oleh masyarakat sipil Aceh dalam mendorong berbagai agenda perubahan. Pendekatan berbagai kekuatan menjadi alat bantu sederhana bagi para aktor pembangunan menemukan kekuatan diri (rasa percaya diri, keberanian), kekuatan relasi (saling percaya, gotong royong) dan kekuatan situasi (mengubah masalah menjadi peluang, dan ancaman menjadi tantangan). Pendekatan berbasis kekuatan meyakini bahwa masyarakat politik (pemerintah), masyarakat bisnis, dan masyarakat sipil memiliki kekuatan-kekuatan intrinsik untuk mempercepat terwujudnya tatanan masyarakat yang sejahtera dan demokratik.
Pendekatan berbasis kekuatan akan mendorong para aktor untuk tergerak mewujudkan impiannya. Peristiwa ini menjadi kesempatan bagi masyarakat politik dan masyarakat bisnis serta masyarakat sipil melahirkan kebijakan, program dan dana serta sumberdaya manusia yang mendorong percepatan dan perluasan dampak pembangunan yang inspiratif. Pendekatan berbasis kekuatan pada gilirannya akan menciptakan percakapan konstruktif dan suasana saling belajar bagi para aktor untuk membangun impian bersama. Pada tahap selanjutnya, impian bersama tersebut menjadi arahan bersama dalam merancang tahapan dan langkahlangkah baru untuk mewujudkannya.
Berbagai agenda dan perubahan sosial yang berlangsung di Aceh tidak dapat dipisahkan dari kerja-kerja berbagai kelompok termasuk masyarakat sipil. Empat karakter utama masyarakat sipil yaitu otonom; wilayah public yang bebas (a free public sphere); wacana public (public discourse); dan interaksi berdasarkan prinsip-prinsip kewarganegaraan (citizenships).
Komponen dalam masyarakat sipil adalah individu, organisasi sipil (yang mandiri, bebas dari kooptasi, hegemoni dan korporatisme negara) pers, masyarakat kampus/akademis, intelektual organik dan kelompok-kelompok diskusi. Selain itu masyarakat sipil di Indonesia juga termasuk berbagai organisasi/kelompok yang dikenal di Indonesia seperti Organisasi Massa (ormas), Organisasi Sosial (orsos), Organisasi Profesi, Organisasi Sosial Keagamaan, Organisasi Pendidikan, Organisasi Kesehatan, Kelompok Swadaya Masyarakat dan berbagai bentuk gerakan kesukarelawanan
3 (tiga) fokus utama yang dikembangkan merupakan pilihan praktis dari ketersediaan informasi tentang kategorisasi praktik baik yang menjadi keseharian masyarakat sipil di Aceh maupun implementasi dari pendekatan berbasis kekuatan, ketiga nya adalah :
- Lingkar Belajar
Lingkar Belajar adalah sebuah proses interaktif antar asosiasi dan afiliasi RPKL dalam menemukan kekuatan-kekuatan melalui serangkaian metode belajar dengan pendekatan dual channal communication, dimana para partisipan akan bertindak sebagai narasumber (tidak ada narasumber utama).Rangkaian diskusi terfokus, serial seminar, program pertukaran pengetahuan, hingga peer learning merupakan metode belajar yang akan dikembangkan dalam Lingkar Belajar. Dalam rangkaian ini termasuk menyelenggarakan Promosi tokoh inspirasi dari Aceh yang menginspirasi dunia.
(Jika diperlukan-akibat pencatatan yang terbatas dimasa lalu) Pengelola Kaki Langit akan melakukan serangkaian proses penilaian cepat terhadap sebuah tema pengetahuan melalui teknis observasi, wawancara dengan aktor/organisasi pembaharu, pengumpulan dokumen/visual sekunder, hingga penulisan catatan-catatan pengetahuan sebagai basis pendiskusian dalam Lingkar Belajar. Input ini akan dikembangkan, untuk selanjutnya dapat menghasilkan sebuah dokumen yang lebih komprehensi tentang sebuah tema pengetahuan. Selain menjadi input dalam interaksi Lingkar Belajar, berbagai dokumen pengetahuan tersebut juga akan disematkan dalam perpustakaan digital yang bisa diakses terbuka di www.iknow.kakilangit.id
- Lingkar Gerakan
Berbagai pengalaman masyarakat sipil Aceh dalam mendorong agenda perubahan tentu saja masih membutuhkan berbagai dukungan untuk pengembangan strategi dan langkah-langkah penyediaan, konsolidasi, promosikan, serta pengembangan yang efektif dan efisien.Hasil penilaian dan pembelajaran dari Lingkar Belajar akan dianalisis lebih lanjut untuk menetapkan pilihan tindakan (terus dikembangkan sebagai sebuah gerakan atau hanya sekedar dijadikan dokumentasi pembelajaran) melalui sebuah mekanisme konsultansi lintas aktor.
Langkah-langkah analitikal tersebut dilakukan melalui: (1) proses identifikasi aktor, isu, strategi dan pola perubahan sosial yang dilakukan oleh masyarakat sipil Aceh, (2) penilaian kondisi kekinian melalui penyusunan dan atau pemanfaatan indeks-indeks pembangunan, termasuk penilaian kapasitas masyarakat sipil untuk menghasilkan indeks masyarakat sipil Aceh juga akan dikembangkan sebagai langkah lanjutan, (3) pengembangan wacana publik sebagai perwujudan isu dan agenda bersama, serta (4) menghasilkan rumusan agenda perubahan sosial sebagai agenda bersama berkelanjutan.
- Lingkar Perubahan
Pengetahuan yang telah diramu dalam empat langkah dan strategi lingkup lingkar gerakan diatas akan menjadi modal dan model yang akan digunakan oleh masyarakat sipil di Aceh dalam mendorong Transformasi Kebijakan, melalui serangkaian tindakan advokasi mendorong pelibatan rakyat yang lebih inklusif dalam kebijakan melalui loby, mobilisasi sumberdaya, penyusunan kerangka kebijakan, legal drafting, kampanye media dan aksi massa.Lingkar Perubahan akan lebih banyak dimaknai sebagai sebuah siklus dampak dari rangkaian pengelolaan Lingkar Belajar dan Lingkar Gerakan. Lingkar Perubahan juga akan berfungsi sebagai media reflektif atas berbagai indikator dan rencana-rencana yang telah terpetakan sebelumnya.
Dorongan perubahan akan menjadi milik dari berbagai pemanfaat Kaki Langit yaitu masyarakat sipil, masyarakat politik, dan masyarakat bisnis.