Pemulihan perdamaian dan pembangunan yang sedang dan akan berlangsung di Aceh membutuhkan energi besar untuk mewujudkan dan memperkuatnya sebagai sebuah siklus yang tak terpisahkan dari harapan perwujudan kesejahteraan. Kesiapan untuk mengelola siklus pemulihan dan pembangunan secara partisipatif, bertanggung jawab, dan bertanggung gugat adalah tuntutan yang tidak dapat dikesampingkan.
Berbagai pengalaman pemulihan dan pembangunan di banyak negara meletakan pengetahuan sebagai sebuah energi dan gerakan disamping teknologi, sumber pembiayaan, keterlibatan warga, dan cita-cita pembangunan itu sendiri. Berangkat dari pemahaman ini serta keberadaan Katahati Institute sebagai bagian dari masyarakat sipil, memandang, pentingnya mengelola pengetahuan yang berasal masyarakat sipil itu sendiri. Lupa dan terlupakan tentu saja akan 1 menjadi kerugian yang tak ternilai.
Pengetahuan adalah kekuatan yang dapat menggerakkan manusia untuk saling berinteraksi dan memerlukan pengelolaan yang sistematis sesuai dengan tujuan individu maupun organisasi. Pengelolaan tersebut disebut knowledge management, yang didefinisikan sebagai 2 suatu proses yang dapat menolong organisasi menemukan, memilih, menyebarkan, dan memindahkan informasi yang penting dan diperlukan untuk berbagai aktivitas seperti penyelesaian masalah, proses pembelajaran yang dinamis, serta strategi perencanaan dan pengambilan keputusan. Sumber pengetahuan yang dimaksud bisa berasal dari pengalaman pelaku langsung maupun tidak langsung, penerima manfaat, pengelola maupun pihak lainnya.
Melalui inisiatif ini, Katahati Institute berinisiasi mengidentifikasikan, mengkonsolidasikan, mendokumentasikan serta mengelola pengetahuan melalui dua sisi; (1) sisi pengetahuan yang berisikan inisiasi dan kerja-kerja masyarakat sipil, organisasi dan individu, serta (2) penyediaan akses pengetahuan yang terjangkau melalui sebuah wadah pengelolaan pengetahuan sebagai sumber inspirasi. Pemanfaatan berbagai pengetahuan masyarakat sipil Aceh tersebut diharapkan akan menjadi model dan modal bagi para pihak baik di Aceh maupun di luar Aceh dalam pembangunan berkelanjutan.
Pilihan replikatif tentu bukan sebuah anjuran dalam pemanfaatan pengetahuan namun modal dan model tersebut lebih dimaknai sebagai inspirasi. Sebagai sebuah wadah terbuka, Kaki Langit akan menjadi sarana bagi berbagai pihak (masyarakat sipil, masyarakat bisnis, masyarakat politik, serta pemerintah) baik yang berada di Aceh maupun di belahan dunia lainnya untuk berbagi, mengembangkang, dan mempengaruhi berbagai kebijakan di setiap dimensi dan ruang waktunya.
Tidak ada pemilihan segmentasi khusus penerima manfaat dari inisiatif ini; akademisi dan peneliti, aktivis pembaharu, pengurus organisasi masyarakat sipil, aparatur pemerintah, hingga praktisi bisnis merupakan bagian yang diasumsikan akan memanfaatkan inisiatif ini. Selain itu dikaitkan dengan tren pertukaran pengetahuan yang sedang berkembang), pemanfaat dari rumah pengetahuan ini juga akan berasal dari berbagai wilayah (nasional dan internasional) yang tertarik untuk belajar dari berbagai praktik baik yang telah tumbuh dan berkembang di Aceh. Para pemanfaat tersebut untuk selanjutnya akan disebut sebagai asosiasi dan afiliasi Kaki Langit.