Wacana

LIPI Akan Mempublikasikan Hasil Penelitian Intoleransi Dan Radikalisme Di Indonesia

Selasa, 20 November 2018

 

Hasil Penelitian Intoleransi Dan Radikalisme Di Indonesia” Di Sembilan Provinsi

Penelitian yang bernaung dalam Program  Narasi Positif (LIPI, 2018) ini terdapat dua kegiatan utama yakni penelitian dan advokasi kebijakan. Kegiatan penelitian terdiri atas pengumpulan data lapangan dan penyusunan output laporan penelitian. Sedangkan kegiatan advokasi kebijakan mencakup kampanye publik. Kedua kegiatan ini merupakan satu rangkaian yang tidak dapat dipisahkan. Perbedaannya dengan kedua studi di muka, kegiatan penelitian dalam program ini lebih bersifat melakukan konfirmasi terhadap sejumlah penelitian yang telah dilakukan serta melakukanupdate terhadap data kontemporer yakni intoleransi dan radikalisme pada masa kini, yang disebut sebagai post truth society.

Ujung dari penelitian maupun advokasi kebijakan adalah membangun dan memperkuat narasi-narasi positif mengenai ke-Indonesiaan dan kebangsaan, sekaligus melakukan counter discourse terhadap narasi negatif mengenai intoleransi dan radikalisme berbasiskan agama atau etnisitas.

Temuan kualitatif di sembilan provinsi menunjukkan bahwa intoleransi terhadap kelompok agama dan etnik yang berbeda lebih banyak terjadi dalam kehidupan politik daripada dalam kehidupan sehari-hari. Temuan ini menjelaskan bahwa menguatnya sentimen konservatisme agama di masyarakat bukan hanya ekspresi  kultural/ideologi, namun lebih jauh lagi rentan dimanfaatkan oleh aktor-aktor tertentu (political entrepreneur) untuk mendapatkan sumber daya ekonomi maupun politik. Sebagai contohnya adalah penggunaan isu-isu keagamaan dalam kontestasi politik di sejumlah daerah.

Selain itu, penggunaan politik identitas yang masif di sejumlah daerah tersebut didukung oleh adanya suatu ekosistem yang mendukung bagi transformasi otoritas keagamaan menjadi otoritas politik. Misalnya, semakin menguatnya lembaga-lembaga atau ormas-ormas keagamaan tertentu dalam ruang publik keagamaan yang dapat memiliki implikasi pada ranah politik.

Temuan hasil kualitatif dan kuantitatif saling mendukung satu sama lain, misalnya intoleransi intoleransi yang terjadi lebih banyak dalam ranah politik daripada sosial. Demikian juga, illiterasi dalam menggunakan media sosial, fanatisme keagamaan yang tinggi dan tingkat sekulerisasi keagamaan telah berperan dalam menciptakan ekosistem bagi munculnya intoleransi dan radikalisme.

Tingkat intoleransi terhadap pemeluk agama yang berbeda terutama dalam politik berkaitan erat dengan adanya perasaan terancam dari kelompok agama atau etnikyang berbeda, tingkat sekulerisasi kelembagaan yang rendah, fanatisme keagamaan yang tinggi, tingkat ketidakpercayaan yang tinggi terhadap pemeluk agama lain serta iliterasi media sosial.

Karenanya, untuk melakukan diseminasi hasil-hasil penelitian, kami bermaksud untuk melakukan kampanye publik membangun narasi positif ke-Indonesia-an yang diberikan judul: Kampanye Publik Hasil Penelitian Intoleransi dan Radikalisme di Indonesia di Sembilan Provinsi yang menjadi lokasi penelitian.

Tujuan kegiatan ini adalah

  1. Untuk melakukan diseminasi hasil penelitian kuantitatif dan kualitatif serta analisis diskursus di sembilan provinsi yang menjadi lokasi penelitian.
  2. Untuk melakukan kampanye publik membangun narasi positif ke-Indonesia-an dan kebangsaan.
  3. Untuk meningkatkan kesadaran akan bahayanya intoleransi dan rasikalisme yang sekarang ini sedang berkembang.

Kami mengundang Anda semua untuk berdiskusi, jika Anda memiliki kelonggaran waktu dan suasana batin yang sama, mari kita mulai!

0